Mengenal JHF dan Profil Khasnya
29/10/17
Add Comment
Dengan segala keunikan
yang dimilikinya dan kental dengan budaya adalah ciri khas JHF. "Ya" JHF menciptakan dan
menyanyikan lagu-lagu bergenre hip hop dan rap. Uniknya sebagian besar lirik
lagu mereka ditulis dalam bahasa Jawa. Mereka juga memasukkan unsur tradisional
Jawa seperti gamelan dan sinden dalam balutan musik hip hop kreasi mereka.
Semangat inilah yang menjadi karakter dari JHF.
Jogja Hip Hop Foundation
yang beranggotakan Marzuki Mohammad, Anto Gantas, Lukman, Balands, dan M2MX
didirikan tahun 2003 oleh Marzuki Mohamad a.k.a Kill The DJ, dengan tujuan
untuk membantu aktivitas dan mempromosikan rap berbahasa Jawa.
Jogja Hip Hop Foundation
Jogja Hip Hop Foundation
(JHF) adalah sebuah kumpulan musisi rap dan hip hop dari kota Yogyakarta yang
didirikan tahun 2003, oleh Marzuki Mohammad alias Kill The DJ. JHF juga
didukung oleh musisi hip hop kota gudeg lainnya yaitu duo Jahanam (Mamok dan Balance),
Rotra (Janu Prihaminanto alias Ki Ageng Gantas), Radjapati (Lukman), serta 2
anggota ad hoc DJ Vanda dan pesinden Soimah Pancawati.
Diawali dengan berbagai
acara kecil seperti It’s Hip Hop Reunion dan Angkringan Hip Hop, kemudian pada
tahun 2006-2009 memulai proyek Poetry Battle; eksplorasi karya puisi Indonesia
dari puisi-puisi tradisional hingga kontemporer dengan media hip hop. Karya
mereka dapat disimak dalam album kompilasi Poetry Battle 1 (2007) dan Poetry
Battle 2 (2008) serta film dokumenter perjalanan mereka selama 8 tahun dalam
Hiphopdiningrat, The Tales of Javanese Hip-Hop.
Prestasi LUAR BIASA...
JHF mulai diundang ke
panggung-panggung internasional, diawali dengan pementasan di Esplanade Singapore
tahun 2009, tahun 2011 JHF diundang pentas ke New York dan San Fransisco.
Pada tahun 2010, Jogja
Hip Hop Foundation meluncurkan film dokumenter Hiphopdiningrat; sebuah potret
perjalanan hip hop Jawa. Film itu kemudian mendapatkan respon positif dari
berbagai media dan kemudian diundang ke berbagai festival film internasional.
JHF juga menjadi penata musik dan pengisi acara dalam pentas Laskar Dagelan
(from Republik Jogja with Love). Laskar Dagelan merupakan pentas pertama dalam
rangkaian acara Indonesia Kita, suatu pentas seni kolaborasi sutradara Agus
Noor dan seniman Butet Kertaredjasa di Taman Ismail Marzuki beberapa waktu yang
lalu. JHF juga sudah tampil membawakan hip hop Jawa mereka di beberapa panggung
di luar negeri seperti Amerika Serikat, China, Korea Selatan, dan India.
Tidak melulu musik dan
seni, komunitas ini juga membentuk United of Nothing (UN), sebuah wadah sosial
mereka dalam membantu mengumpulkan dan menyalurkan bantuan kepada korban erupsi
Gunung Merapi pada 2010 yang lalu.
Mereka juga tampil dalam
iklan terbaru Intel, hal yang juga membuktikan bahwa teknologi membantu mereka
dalam berkarya dan jejaring sosial membantu memperkenalkan karya mereka ke
masyarakat. Kita dapat memantau kegiatan mereka di Twitter di akun @JHFcrew atau
di halaman Facebook serta lewat situs mereka.
Sebagai dedengkot JHF,
Kill The DJ tentunya yang menjadi corong dari grup ini. Di Twitter, kita dapat
menyapanya lewat akun @killthedj. Keterbatasan bahasa Jawa yang digunakan
sebagai lirik rap, yang mungkin susah mendapatkan tempat di industri musik
Indonesia, mampu diatasi dengan caranya sendiri. Saat ini lagu-lagu dari JHF
sudah menjadi lagu rakyat di Yogyakarta, terutama setelah diluncurkannya lagu
Jogja Istimewa yang sudah menjadi soundtrack kehidupan rakyat Yogyakarta. Lagu
itu dinyanyikan kolektif oleh Ki Jarot, akronim dari Kill the DJ, Jahanam,
Rotra, ketiganya adalah crew yang paling konsisten memproduksi lagu-lagu hip
hop berbahasa dan bernuansa Jawa dan mempresentasikan eksistensi dari JHF.
Salah satu lagu JHF yang paling populer dan sering muncul di televisi karena
liriknya tentang isu keistimewaan Yogyakarta, yaitu “Jogja Istimewa”.
Crews of Jogja Hip Hop
Foundation
Kill the DJ
Ia memiliki dua alias,
Kill the DJ dan Chebolang. Tapi, ketahuilah bahwa nama aslinya Marzuki Mohamad.
Ia anak seorang petani dan guru agama dari Prambanan. Jika kita bertanya
tentang agama, ia akan mengaku sebagai seorang penganut animisme progresif.
Marzuki mengaku beraliran elektronika – hip hop – visual, untuk mempresentasikan
semua yang sudah dikerjakannya. Marzuki merupakan pendiri Performance Fucktory,
Parkinsound, Republik Art, United of Nothing, Whatever Shop, dan sekarang Jogja
Hip Hop Foundation. Proses Poetry Battle menghasilkan trilogi hip hop yang
semua liriknya dihasilkan dari bacaannya terhadap teks asli Serat Centhini.
Belakangan ini Marzuki kerap bekerja sama dengan sinden Jawa, Soimah.
Disini Oficial Youtube Ahmad Marzuki
Disini Oficial Youtube Ahmad Marzuki
Jahanam
Jahanam adalah salah
satu kru hip hop yang paling populer di Jogja saat ini. Album perdananya yang
berjudul Jahanam Su! berhasil menghidupkan gairah hip hop di Jogja dan
sekitarnya. Lebih dari 20.000 kopi laris di seluruh Indonesia, bahkan sampai ke
Suriname, Jahanam konsisten memproduksi lagu-lagu berbahasa Jawa yang
disuguhkan dengan dentuman urban yang hybrid. Melalui Poetry Battle, kita bisa
mendengar bagaimana pertemuan musik Jahanam dengan teks-teks karya Sindhunata
menjadi sebuah senyawa yang sempurna. Jahanam beranggotakan dua pemuda; Balance
(Beatmaker/MC) dan Mamok (MC).
Rotra
Sebelum memiliki nama
Rotra, Janu Prihaminanto a.k.a Ki Ageng Gantas, eks G-Tribe, adalah legenda.
G-Tribe merupakan kru hip-hop berbahasa Jawa pertama di Yogyakarta, dan bahkan
di Indonesia. Ki Ageng Gantas, yang akrab dipanggil Anto, adalah pionir hip-hop
berbahasa Jawa. Sekarang, bersama Lukman Hakim a.k.a Rajapati mereka hadir
dengan nama Rotra. Ki Ageng Gantas sangat dikenal sebagai seseorang yang selalu
menghasilkan komposisi rap yang easy listening dengan refrain yang gampang
diingat tanpa kehilangan sensibilitas kata-kata. Pun apabila yang
dinyanyikannya adalah kritik sosial.
Sumber:
http://longlivelocalmusic.blogspot.co.id/2016/05/mengenal-jogja-hiphop-foundation.html
Tidak ada komentar: